Kamis, 09 Agustus 2018

ujian nabi ibrahim as menyembelih putranya

Alkisah,  Nabi Ibrahim AS mengalami ujian ketika akan menyembelih putranya. Dengan mengucap basmalah dan bertakbir, Nabi Ibrahim AS  menggoreskan pisaunya yang sangat tajam itu sekuat-kutanya pada bagian tenggorokan putranya, namun apa daya, ia tak mampu memutuskannya. Sang putranya pun kaget, ia menganggapnya bahwa Ayahanda tercintanya masih ragu-ragu dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Nabi Ismail AS kemudian memberikan semangat dan motivasi lagi kepada Ayahnya agar jangan ragu-ragu dan harus yakin seyakin-yakinnya atas keputusan mereka berdua, keikhlasan yang tinggi untuk bersama-sama menjalankan perintah Allah SWT ini sperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang artinya, "Hai Ayahku, laksanakanlah tugasmu itu, Insya Allah Ayah bakal membuktikan aku berhati sabar." (Ash-Shaffat: 102).

Maka kemudian, dengan bacaan yang sama dan dengan tarikan nafas serta tenaga yang lebih kuat serta sambil memejamkan matanya Nabi Ibrahim AS mencoba menempelkan pisaunya dan menggorok leher putranya. Untuk kedua kalinya Nabi Ibrahim AS pun gagal melakukannya. Tiba-tiba saja pisaunya yang sangat tajam itu seperti benda tumpul yang tak berarti sama sekali. Nabi Ibrahim AS pun semakin penasaran dan mulai kesal.
Dirinya tiba-tiba sangat marah dengan pisaunya tersebut. Maka dengan geram ia mengayunkan pisau itu pada sebuah batu. Seketika itu batu itu dapat terbelah menjadi dua keping! Kemudian Nabi Ibrahim AS semakin kesal dan geram terhadap pisaunya itu. Seraya melemparkan amarahnya berkatalah Nabi Ibrahim AS kepada pisaunya, “ Hai pisau, engkau dapat membelah batu, tapi kenapa engkau tidak mampu memutuskan urat leher putraku?! Bukankah engkau tahu, aku dan putraku ini sedang menjalankan perintah yang sangat berat dari Allah SWT. Sebagai hamba yang ingin dicintaiNya mengapa engkau tidak mau membantuku untuk menunaikan perintah ini wahai pisau?” Begitu Nabi Ibrahim AS menumpahkan kekesalannya.

Dengan segala kekuasaan Allah SWT seketika pisau itu bisa berbicara dan menjawab pertanyaan dan tuduhan dari Nabi Ibrahim AS itu. Pisau itu pun menjawab, “ Hai Ibrahim, engkau menghendaki potong! Sedang Allah Penguasa Alam berfirman “ Jangan potong!” Kenapa aku harus menyalahi perintah Tuhanmu?” Pisau melanjutkan, “Engkau betul majikanku Wahai Ibrahim. Namun ternyata ada kekuasaan yang lebih berkuasa lagi daripada engkau sebagai majikanku. Aku ingin sekali menunaikan tugasku namun Tuhanmu ternyata lebih berkuasa atas segala kehendak diriku.”

Mendengar jawaban pisau yang seperti itu, menagislah Nabi Ibrahim AS. Beliau menyadari bahwa ketidakmampuan pisau untuk memutuskan leher putranya juga bukanlah ulah si pisau itu melainkan atas kehendak Allah jualah. Allah benar-benar telah menyingkap tirai yang selama ini meliputi pandangan para malaikat langit dan bumi. Maka disaat pisau melekat pada leher/tenggorokan seorang putra tersayang, para malaikat pun segera bersujud, seruNya kepada mereka:” Perhatikan hai para malaikat, bagaimana seorang hambaKu/Ibrahim menggoreskan pisau diatas leher/tenggorokan putranya, semata untuk menuntut ridhaKu, sedang kalian dulu pernah menyanggah/berkata, ketika Aku berfirman (yang artinya): “ Bahwasanya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi. Maka jawab mereka menyanggah: “Patutlah kiranya Engkau jadikan di bumi, seorang yang bakal membuat bencana dan saling menumpahkan darah? Sedangkan kami bertasbih dengan memuji dan mensucikanMu…”( Al Baqarah: 30).

Setelah peristiwa tidak jadinya atau ketidaksanggupan Nabi Ibrahim AS menyembelih putaranya Nabi Ismail AS, Allah berfirman (yang artinya): “Lalu ia Kami seru:” Hai Ibrahim. Sesungguhnya engkau telah menuruti mimpi itu, sungguh, demikianlah Kami membalasi orang-orang berlaku baik”. (Ash-Shaffat 104-105).


Demikian sepenggal riwayat yang sungguh membuat saya terperanjat dan saya simpan kuat-kuat dan dalam selama beberapa bulan ini. Di penghujung malam Hari Raya Idul Adha 1432 H ini seraya saya tutup catatan ini dengan takbir.
Allahu Akbar…Allahu Akbar…La ilaaha illallahu wallahu akbar…
Allahu Akbar wa lillahilhamd…

Wallahu a’lam bishawab….